Rabu, 07 September 2011

Mulai Pakai Masker.


KABUT TEBAL: Jarak pandang penerbangan masih dalam batas normal. Meski demikian, pihak bandara memberlakukan kondisi darurat. Dalam artian, jika pilot meminta cahaya landasan ditingkatkan, tetap akan dilayani.

Kabut Asap Hampir di Ambang Batas




PALEMBANG --- Kabut asap setiap pagi dan sore yang mengerumuni kawasan Metropolis, disebabkan oleh kebakaran hutan yang terjadi di beberapa kabupaten/kota di Sumsel. Pemerintah kota berharap kepada Gubernur Sumsel unntuk menyurati kepala daerah di wilayah yang yang lahan hutannya terbakar, agar secepatnya melakukan langkah penanggulangan.

"Kita (Pemkot, red) tak bisa menyurati kepala daerah, karena itu kewenangan Gubernur," ujar Sekda Kota Palembang, Husni Thamrin di sela-sela pembagian 12 masker kepada SKPDD (Satuan Kerja Perangkat Dinas) di lingkungan Pemkot dan masyarakat yang melintas di kawasan Bundaran Air Mancur (BAM), kemarin (6/9).

Kondisi sekarang, menurut Husni, sudah sangat mengkhawatirkan. Makanya, Gubernur harus memberikan perhatian serius kepada kabupten/kota yang lokasinya berpotensi kebakaran hutan. " Dari kabut asap yang disebabkan kebakaran hutan, imbasnya adalah daerah lain termasuk Palembang," cetus.

Husni mengingatkan agar warga metropolis menjaga kesehatan dengan berbagai cara agar tidak terkena ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas). "Apalagi, yang bekerja di lapangan sangat berpotensi terhadap ISPA ini, seperti Pasukan Kuning dari Dinas Kebersihan Kota (DKK) Palembang, Satpol PP, Dishub, aparat kepolisian, masyarakat dan pekerja lainnya."

Hadir saat pembagian masker, Kemas Abubakar, Kepala Badan Lingkungan Kota Palembang. Pihak BLH Palembang bersama BLH Sumsel, sudah melakukan pengujian udara di wilayah metropolis. Tepatnya di dua titikyakni Jl Merdeka depan Pemkot Palembang pada Senin (5/9) dan BAM kemarin sejak pukul 08.00-11.00 WIB.

Saat menguji di depan Pemkot, pihaknya mendapati hasil parameter PM10 (partikel debu) hampir mencapai baku mutu udara Ambien sesuai Pergub Sumsel No 17, 150 mikro gram/ Normal Meter Kubik/24 jam.

"Meski belum sampai ambang batas, namun sudah mendekati. Yakni 147,44 mikro gram/NM3/jam," kata Abubakar.

Sementara saat pelaksanaaan uji rutin yang dilakukan setiap bulan, sebelum adanya asap kabut ini hanya berkisar antar 80-120 mikro gram/NM3/jam. Meski belum melebihi, namun angka tersebut sudah berpotensi menyebabkan ISPA bagi msyarakat yang menghirupnya. "Kalau melebihi, bisa radang tengggorokan," bebernya.

Sementara hasil lain dalam pengujian tersebut, temperaturnya mencapai 28,2-34,3 derajat Celcius, Humidity-nya berkisar 54,4-75,6 persen, NO2 161,43 mikro/NM3/jam dengan baku mutu udara ambien 400 mikro gram/NM3/1 jam. Lalu, SO2 17,83 mikro gram/NM3/jam dengan baku mutu 900 mikro gram/NM3/1 jam dan CO 5901,06 mikro gram/NM3/1 jam.

Selain dalam pelaksanaan tersebut, pihaknnya ikut membagikan masker pada Jumat mendatang di BLH Palembang Jl Demang Lebar Daun. Jumlah yang bakal dibagikan mencapai 1.000 masker. Ia mengharapkan, ada solusi dengan membuat hujan buatan.

Menurutnuya, musim kemarau ini akan terus terjadi hingga November mendatang. Artinya saat SEA Games, Metropolis masih tertutup kabut asap dan bisa mengganggu even internasional itu. "Kalau tidak segera ditanggulangi, bisa memengaruhi SEA GAmes," tambahnya.

Sebelum pembagian masker, pihak BLH melakukan pengujian udara. Alat yang digunakan berupa Environmetal dust monitor. Nazirin, Analisis Laboratorium BLH Palembang mengatakan, pelaksanaan uji udara tersebut selama 5 hari. Titik pengujian, dilakukan pada kawasan padat kendaraan. "Selanjutnya akan dilakukan di Simpang Patal, Polda, dan Simpang Charitas," ungkapnya.

Sementara, di BAM tersebut pihak BLH Sumsel juga melaksanakan pengujian udara. Alat yang digunakan masih manual, dengan Air Sampler Impinger. Sukron, Staf Laboratorium BLH Sumsel mengatakan, hasil pengujian baru akan diketahui hari ini. "Sehari kita melakukan pengujian di tiga titik berbeda dengan waktu uji 1 jam masing-masing tempat. Tingkat akurasi dengan mesin yang digunakan BLH Palembang hampir sama."

Terpisah, Kepala BLH Sumsel Drs H Ahmad Najib SH mengatakan, yang harus diutamakan dalam mengantisipasi makin parahnya kabut asap adalah pencegahan kebakaran lahan maupun hutan. "Saat suhu sekarang 32-34 derajat Celcius, aktivitas bakar membakar sangat rentan dampaknya terhadap mutu udara. Kalau sudah 35 derajat Celcius, artinya suhu udara sudah sangat panas," jelasnya.

Selain pencegahan, instansi penegak hukumharus melakukan penindakan tegas. Pasalnya, dominan kebakaran lahan/hutan itu ini karena ulah dari masyarakat sendiri. Salah satunya yang melakukan pembukaan lahan pertanian dengan cara dibakar. "Melalui upaya penindakan, mereka yang membakar lahan atau hutan harus diberi sanksi tegas," kata Najib.

Saat ini, kondisi kabut asap karena peningkatan hotspot dan kebakaran lahan/hutan di Sumsel belumlah terlalu parah. Namun, kondisi ini dapat menjadi parah jika kedua langka tersebut tidak dilakukan secara cepat dan tepat. "Saat ambang baku mutu udara sudah terlampaui, artinya udara tercemar dan dapat menyebabkan penyakit ISPA," cetusnya.

Diakui Najib, ia sudah mengecek langsung beberapa lokasi di wilayah Ogan Ilir dan OKI serta Banyuasin, yang mulai banyak terindentifikasi hotspot karena musim kemarau basah ini. "Kita telah melakukan pengecekan kualitas udara di sejumlah titik, hasilnya ada yang sudah melampaui ambang baku mutu," tukasnya. (mg44/46)

Waspada ISPA


MAKIN parahnya kabut asap di Metropolis memaksa warga menggunakan masker. Menurut dr Zulkhair Ali SpPD KGH, dampak terhadap kesehatan dari kabut assap ini lazimnya berhubungan dengan pernapasan. "Karena udara yang dihirup tidak baik kondisinya, dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan," ujarnaya, tadi malam.

Dijelaskan dr Zulkhair, pada orang normal, efek dari pencemaran udara akibat kabut asap tidaklah terlalu berat.Namun, ppada orang-orang yang punya penyakit asma, ataupun gejala pilek/alergi, kabut asap ini dapat menjadi pemmicu terjadinya asma. "Dampak lain, dapat menyebabkan penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), seperti Bronchitis/radang saluran pernapasan," bebernya.

Untuk itu, ia mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap ISPA dan dampak kesehatan lain dari kabut asap ini. Salah satunya, mengenakan masker yang cukup melindungi hidung dari udara kotor. "Sedapat mungkin,jangan terlalu sering berada di luar rumah," ucap dr Zulkhair.

Bagi mereka yang pekerjaannya di luar ruangan, harus meningkatkan daya tahan tubuh agar tidak mudah infeksi. Misalnya dengan minum yang cukup dan juga minum suplimen/vitamin. "Jangan terlalu lama di luar," imbuhnya.

Sementara, dr Anton Suwindro, Kabid Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes Palembang mengungkapkan, belum mengetahui secara pasti berapa lonjakan pasien yang terkena dampak ISPA. "Tapi biasanya meningkat setelah puasa ini, karena pengaruh makan pedas dan santan," ungkapnya.

Sehinngga, kebiasaan peningkatan usai lebaran tersebut, belum dapat dipastikan apakah juga disebabkan oeh kabut asap yang kini sedang menyelimuti Kota Palembang. "Kita belum dapat data akuratnya, jadi apa sebab ISPA yang dialami pasien beluum diketahui," jelasnya.

Pihaknya juga akan melakukan pengujian kualitas udara pada Kamis mendatang. Setelah pelaksanaan uji udara tersebut, pihaknya kemudian akan mensinkronkan dengan jumlah pasien yang berobat. "Jumat atau Sabtu nanti hasilnya akan keluar," bebernya seraya mengatakan uji kualitas udara tersebut sebagai lanjutan dari yang telah dilakukan BLH.

Sementara dr Desty Aryani, Kepala Puskesmas Merdeka mengaku, mengalami lonjakan jumlah pasien ditempatnya. Meski tak mengetahui secara pasti, namun hal tersebut akibat dari kabut asap yang kini menghinggapi Metropolis. "Kabut asap ini memang pengaruh ISPA, tandanya batuk dan pilek serta demam tinggi," katanya.

Ada beberapa hal untuk menghindarinya, yakni dengan penggunaan masker saat keluar rumah, mengurangi intensitas keluar rumah agar tak terkena asap, menjaga daya tahan tubuh, jaga kebersihan, minum vitamin dan air putih secukupnya. (46/mg44)

SUMBER: Sumatera Ekspres, Rabu, 7 September 2011.

0 komentar:

Posting Komentar