Jumat, 07 Oktober 2011

Hot Spot Hilang, Banjir Mengancam


Pelajar SMPN 35 Diliburkan


BANJIR: Firli, guru Bahasa Indonesia menunjukkan halaman dan teras kelas di SMPN 35 yang tergenang air hingga setinggi 40 sentimeter akibat hujan deras yang terjadi pada Kamis (6/10) dinihari, kemarin

PALEMBANG --- Hujan deras mengguyur hampir seluruh wilayah Sumatera Selatan, Kamis dinihari. Dampak positifnya, jumlah hot spot di wilayah ini nyaris nol, bisa dikatakan tidak ada lagi. Hasil pencitraan satelit Rabu pukul 24.00 WIB, tidak terdeteksi adanya hot spot.

“Kita coba up-date tadi pagi pukul 09.00 WIB, hanya ditemukan satu titik di Tanjung Batu, Ogan Ilir. Mungkin ada masyarakat yang bakar lahan,” ungkap Kepala UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL) Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel, Achmad Taufik, kemarin.

Melihat grafik hot spot sejak awal Oktober, memang masih fluktuatif. Hanya saja, kecenderungan terus berkurang. Katanya, pada 1 Oktober masih ada 40 hot spot, 2 Oktober naik menjadi 66 titik, 3 Oktober turun drastis hingga tersisa 8 titik. Tapi pada 4 Oktober naik lagi menjadi 52 titik.

“Makanya, meski tadi malam (kemarin) hujan deras, kita tetap waspada,” ucapnya. Tim darat pemadaman kebakaran lahan dan hutan masih berada di pos masing-masing. Misalnya tim darat yang dua hari lalu ada di Pampangan, kemarin bergerak ke arah Air Sugihan.

”Mereka terus menyisir daerah gambut dan melakukan pendinginan. Jangan sampai kelihatan padam di atas, tidak tahunya membara di bagian bawah,” beber Taufik. Tim BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) kembali melakukan penyemaian awan untuk membuat hujan buatan.

Diakuinya, dua hari lalu operasional hujan buatan sempat terhenti. Pasalnya, Kemenhub melarang seluruh pesawat Cassa 212-200 milik PT NBA beroperasional pascakecelakaan yang menewaskan seluruh awak Cassa di Medan, belum lama ini. ”Tapi, Rabu sore, surat yang mengizinkan Cassa untuk hujan buatan boleh terbang telah kita terima dan hari ini (kemarin), mulai menyemai awan lagi,”kata Taufik.

Izin ini diberikan pasca rapat koordinasi (rakor) di Jakarta dua hari lalu. Dalam rakor itu, ujar Taufik, seluruh kementerian dan instansi terkait diminta menyukseskan SEA Games di Sumsel. Untuk water bombing sendiri, saat ini terus berjalan. Memang, baru helikopter milik Sinar Mas Group yang melakukan bom air di titik hot spot.

"Tapi, dalam minggu ini, heli bantuan Kementerian Kehutanan yang digeser dari Jambi dan heli BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) mudah-mudahan sudah tiba di Palembang,” imbuhnya. Saat ini, keduanya dalam proses penyelesaian administrasi tugas ke wilayah Sumsel.

Sebelumnya, Kadishut Sumsel Ir Sigit Wibowo mengatakan, meski telah turun hujan namun tim akan terus bersiaga. “Bisa jadi tadi malam (kemarin malam) hujan. Tapi beberapa hari ke depan panas dan hot spot muncul lagi. Kita tetap melakukan pemantauan,”katanya.

Untuk musim penghujan wilayah Sumsel, diperkirakan baru masuk di pertengahan Oktober. ”Itu informasi dari BMKG. Tapi, akan lebih efektif kalau dipacu dengan hujan buatan. Dan kita boleh gunakan pesawat Cassa untuk pelaksanaan hujan buatan,”tukas Sigit.

Kasi Observasi dan Informasi BMKG bandara SMB II, Agus Santosa mengatakan, saat ini ketinggian awan di atas wilayah udara Sumsel sudah berkisar 6.000-7.000 meter. ”Masih seperti prediksi awal, pertengahan bulan ini akan mulai masuk musim penghujan,” katanya.

Ia menilai, hujan deras Kamis dinihari masih bersifat sporadis seperti sifat hujan daerah trofis yang tumbuh dan hilang. "Sebenarnya hujan semalam itu masih ringan. Beberapa kawasan tidak begitu merasakan lebatnya. Hujan yang turun sesuai ketersediaan uap air menjadi awan,” beber Agus.

Dua hari terakhir ini, pertumbuhan awan hujan meningkat hingga menjadi awan penghujan disertai petir dan guntur atau awan CB (Comulonimbus). ”Hanya jatuhnya sporadis. Diperkirakan tiga hari ke depan akan berlanjut. Hujan dini hari tadi itu awan CB, puncaknya bisa mencapai 18 Km menjulang tinggi ke angkasa dan lebarnya bisa 20 Km," cetusnya.

Nah, memasuki Oktober hingga November ini, Agus mengingatkan cuaca sudah memasuki peralihan. Transisi dari kemarau ke musim penghujan sehingga berpotensi awan CB yang disertai petir dan guntur. Biasanya kadang terjadi angin puting beliung.

Dampak dari hujan deras yang mengguyur Sumsel termasuk Palembang, muncul ancaman banjir. Buktinya, pagi kemarin banyak genangan air di sejumlah titik wilayah metropolis. Sebut saja, halaman SMPN 35 di Kelurahan Silaberanti, Seberang Ulu I tergenang air semata kaki. Air menggenangi halaman sekolah hingga ke teras kelas, nyaris masuk ke dalam lokal belajar.(46)

Sumatera Ekspres, Jumat, 7 Oktober 2011

0 komentar:

Posting Komentar