Selasa, 09 April 2013

Pemilukada Kota Palembang Jadi Barometer Pilgub?

Sepakat Jual Figur



Pemilukada Kota Palembang Jadi Barometer Pilgub?Siapa yang memenangkan Pemilukada Kota Palembang hasil penghitungan suara KPU nanti, boleh jadi akan mempengaruhi peta politik pemilihan Gubernur Sumatera Selatan 6 Juni 2013. Itu lantaran dengan mata pilih 1 juta lebih, Kota Pempek ini menjadi barometer. Di samping daerah basis dengan jumlah pemilih siknifikan lain.

--------------------------------------------------



Dua pasangan calon wali kota dan calon wakil wali kota Palembang periode 2013-2018 berdasarkan hitung cepat (quick count) sejumah lembaga survei mendapat raihan suara yang sangat ketat. Mereka pun saling klaim menang hingga keputusan final menang "sesunggh-nya" berada di tangan KPU.

Kedua kandidat yang dimaksud yakni pasangan nomor urut 2, Romi Herton-Harnojoyo dan pasangan nomor urut 3, Sarimuda-Nelly Rasdiana.

Nah, siapa pun pemenang nanti, banyak yang menganalisis kalau hasil pemilukada kota ini akan berpengaruh pada dukungan terhadap bakal calon gubernur (balongub) Sumsel yang menjadi parpol pengusung kedua pasangan calon wali kota tersebut.

Sekedar diketahui, sejumlah partai besar seperti PDI Perjuangan plus partai koalisi PAN, PKS, Partai Demokrat menjadi pengusung pasangan Romi Herton - Harnojoyo. Di belakang kandidat ini, ada Wali Kota Palembang Ir H Eddy Santana Putra MT yang akan maju sebagi bakal calon gubernur. Juga ada balon wakil gubernur (balonwagub) dari barisan parpol pengusung itu, yakni Hafiz Tohir (PAN-PKS) dan H Ishak Mekki.

Sebaliknya, pasangan Sarimuda - Nelly Rasdiana yang diusung Partai Golkar tentu mendukung jagoannya balongub incumbent Ir H Alex Noerdin. Retentan latar belakang kandidat wako-wawako ini, menjadi penting lantaran Palembang memiliki mata pilih terbesar dengan jumlah daftar pilih tetap (DPT) mencapai 1.113.488. Hampir 20 persen dari total mata pilih dalam daftar pemilih sementara (DPS) 6.574.384.

Banyak yang memprediksikan siapa yang menjadi pemenang apakh itu Romi ataukah Sarimuda sedikit banyak akan mempengaruhi penunjukkan jabatan pemerintahan di Pemkot Palembang hingga ke lini camat yang berhubungan langsung dengan massa. Kebijakan itu, menyusul adanya dugaan terkait dengan kepentingan Pilgub nanti.DAri isu yang beredar misalnya, jika Romi terpilih maka bisa dikatakan para camat hingga lurah akan didominasi orang-orangnya untuk pemenangan pilgub Eddy Santana, ketua DPD PDI Perjuangan Sumsel. Lantaran Romi, merupakan ketua DPC PDI Perjuangan kota.

Isu lain, Romi akan bersikap netral mengingat dalam dalam barisan parpol pengusung juga ada kandidat yang ikut bertarung pada pilgub nanti. Sebaliknya, kalau hasil penghitungan KPU nanti memenangkan Sarimuda, "katanya" dukungan akan diberikan kepada kandidat Partai Golkar dalam hal ini incumbent Alex Noerdin.

Lantas bagaimana tanggapan para balongub dan balonwagub yang akan maju? Balon Gubernur dari PDI Perjuangan, Eddy Santana Putra mengatakan, kemenangan Romi Herton-Harnojyo jelas akan berpengaruh pada Pemilihan Gubernur , 6 Juni nanti. "Palembang harus tetap merah, kemenangan Romi-Harno juga akan mempengaruhi Pilgub dan Pemilihan Legislatif 2014 nanti," kata Eddy Santana di kediamannya, kemarin.

Eddy yang berpasangan dengan Anisja Wiwiet Tatung, pada Pilgub nanti optimis akan meraih 70 persen suara di Palembang. "Angka kemenangan pemilukada Palembang 43 persen tidak bisa menjadi patokan, saya yakin khusus di Palembang akan memperoleh suara minimal 70 persen," tukasnya.

Senada diungkapkan Balonwagub yang diusung PAN-PKS koalisi, Hafisz Tohir. Katanya, hasil pemilukada Kota Palembang jelas berpengaruh pada peta Pilgub nanti. "Sarimuda merupakan tim inti dari balongub incumbent Alex Nordin. Di lain pihak Romi didukung salah satunya skuad PAN. Selain dari figur Romi sendiri, saya melihat dongkrakan suara pada Romi-Harno ini, juga ada kaitan dengan tokoh-tokoh nasional parpol pengusung. Ada Megawati, Hatta Rajasa, Taufik Kiemas."

Meski demikian, kata Hafisz, dia lebih yakin warga Kota Palembang akan membutuhkan figur fresh dalam memimpin Sumsel nanti. "Hasil survei kita, Insya Allah, 70 persen responden menginginkan figur baru untuk memimpin Sumsel nanti. Baru di sini, dalam artian orang yang benar-benar baru dalam dunia pemerintahan, namun punya kemampuan untuk itu," kata pria yang berpasangan dengan balongub Iskandar Hasan, mantan Kapolda Sumsel ini.

Alex Noerdin, balongub incumbent yang berpasangan dengan Ishak Mekki (Bupati OKI) melalui juru bicara Partai Golkar RA Anita Noeringhati mengatakan, hasil Pemilukada Palembang tidak akan berpengaruh signifikan pada pilgub nanti. Pasalnya, pada pemilukada Palembang dan Sumsel figurnya berbeda. "Pemilukada itu yang ditampilkan adalah figur. Di samping, elaktibilitas calon juga berbeda," kata Anita.

Ia menambahkan, Palembang tidak menjadi tolak ukur pasti pada Pemilukada Sumsel 6 Juni. Terlebih partai pengusung antara Pilgub dan Pemilukada Palembang berbeda, jelas akan berpengaruh juga. "Calon yang diusung Golkar (Sarimuda) mendapatkan kisaran suara 43 persen tidak mesti nanti pilgub juga akan sama. Kami telah melakukan survei, khusus untuk di Palembang optimis mampu meraih 70 persen suara," pungkasnya.

Balongub Herman Deru yang tidak ada kaitan sama sekali dengan parpol pengusung baik Romi maupun Sarimuda, berpendapat siapapun yang menang nanti menjadi kredibilitas buat lembaga survei. Paling tidak, lembaga survei bisa diakui akurasinya kalau hasil perhitungan cepat (quick count)-nya mendekati perhitungan KPU nanti.

"Yang jelas, kalau saya melihat hasil perhitungan sementara quick count memang dua kandidat saling klaim dan diprediksi raihan suaranya ketat. Antara pasangan Romi-Harno dengan Sarimuda-Nelly Rasdiana," ujar Deru lagi. Nah, perolehan suara kedua pasangan kandidat nomor urut 2 dan nomor urut 3 itu, lebih dominan karena figur keduanya. "Ini bukan berarti saya menafikan parpol pendukung. Apalagi, yang mendukung dua pasangan itu, multipartai. Jelas, dalam setiap pemilukada faktor figur-lah yang menjadi penentu."

Begitu pula pada pemilihan gubernur nanti. Deru yakin masyarakat Kota Palembang dalam melilih Gubernur Sumsel ke depan, tidak melihat dari partai mana pemimpin Kota Palembang yang lagi berkuasa. "Ya, kalau saya tidak muluk-muluk. Dalam kota dapat 30-40 persen suara sudah Alhamdulillah." (mik/cj4/nur/ce3)

Sumatera Ekspres, Selasa, 9 April 2013


Pertarungan Eddy-Alex

---------------------------------------------------


Pengamat politik dan hukum dari Universitas Sriwijaya, Prof Amzulian Rifai SH LLM PhD mengatakan hasil pemilihan wali kota dan wakil wali kota Palembang tentu akan berpengaruh terhadap pemilihan gubernur, 6 Juni nanti. "Setidaknya wako terpilih akan berjuang keras dengan fasilitas dan kapasitas yang dimiliki untuk memenangkan calon gubernur yang satu haluan dengan wali kota terpilih," kata Amzulian kepada Sumatera Ekspres, tadi malam.

Menurut Dekan Fakultas Hukum Unsri ini, sulit mengukur secara pasti seberapa besar pengaruh pada pilgub nanti. "Tapi yang jelas akan berpengaruh walau tidak signifikan hasilnya secara menyeluruh di Sumsel. "Ada faktor lain juga yang akan mempengaruhi gubernur terpilih nanti. Antara lain, seberapa besar pemilih golput, pemilih fanatik dan mesin partai yang bergerak hingga sampai ke akar rumput," pungkasnya.

Hal senada diungkapkan Dr Febrian. Menurut pengamat politik dari Unsri ini, hasil Pemilukada Palembang sangat mempengaruhi pertarungan pemilukada gubernur nanti. "Sesungguhnya pertarungan Pemilukada Palembang ini, bukan hanya figur."

Lanjutnya, Pemilukada Palembang sesungguhnya merupakan pertarungan antara PDI Perjuangan dan Golkar. "Nanti jika PDI Perjuangan menang akan berpengaruh pada Eddy Santana. Sebaliknya, jika Golkar menang akan berpengaruh dengan Alex Nooerdin," katanya.

Jika lihat konfigurasi hasil Pemilukada, lanjutnya, tentu sangat menarik dan akan berpengaruh pada basis-basis dukungan partai. "Menang figur akan lebih menonjol. Tapi, sesungguhnya ini pertarungan parpol juga," pungkasnya. (mik/nur/ce3)

Sumatera Ekspres, Selasa, 9 April 2013

Jumat, 18 Januari 2013

Tambah 30 Transmusi - 20 Ribu Smart Card



PALEMBANG -- Direktur Operasional PT Sarana Pembangunan Palembang Jaya (SP2J), Yusransyah Ishak mengatakan, pihaknya dalam proses penambahan armada BRT Transmusi sebanyak 30 unit pada tahun ini. Dimana, 20 unit bus besar dan 10 unit bus sedang.

Bus-bus tersebut akan melayani koridor yang membutuhkan tambahan. Tentu saja disesuaikan dengan tingkat permintaan (load factor) dan kapasitas jalan. Diperkirakan, bus ukuran besar beroperasi di koridor I dengan rute Jakabaring - Simpang Tegal Binangun. Sedangkan yang sedang melayani koridor 7 dan 8.


Tambah 30 Transmusi - 20 Ribu Smart Card
Kata Yusransyah, saat ini sudah beroperasi 120 unit, 40 bus besar dengan kapasitas dua kali bus sedang dan 80 unit bus sedang. "Kalau disetarakan, total Transmusi yang operasionalnya ada 160 unit sedang," bebernya. Untuk mengcover semua koridor, dibutuhkan tambahan 250 unit lagi.

Pihaknya juga akan menambah sekitar 20 ribu
smart card lagi pada Februari nanti. Yang sudah tersebar sekarang ada 40 ribu smart card. "Nantinya smart card Transmusi dapat di beli di toko modern seperti Alfa Mart dan Indomaret," jelasnya. Mulai 24 Desember lalu, pada Transmusi diberlakukan sistem transit dua jam.

"Warga yang menggunakan Transmusi dapat turun dulu dan naik lagi tanpa membayar. Tentu saja untuk perhitungannya terekam dalam
smart card," beber Yusransyah. Saat ini semua koridor telah menerapkan smart card. Ia mengatakan, jumlah pengguna Transmusi saat ini terus meningkat. Wali Kota Palembang H Eddy Santana Putra membenarkan akan adanya penambahan armada Transmusi untuk menunjang kebutuhan transportasi publik masyarakat. (yun)

Sumatera Ekspres, Kamis, 17 Januari 2013

Jembatan Ampera Overkapasitas

Jembatan Ampera Overkapasitas
PALEMBANG -- Beberapa ruas jalan utama di Metropolis semakin sering didera kemacetan. Termasuklah macet di atas Jembatan Ampera dan Musi II, dua jembatan utama penghubung Seberang Ulu dan Ilir.

Karena pembangunan Jembatan Musi III dinilai sudah sangat mendesak untuk diwujudkan. "Jembatan Ampera sudah melebihi batas (overkapasitas). Jangan sampai roboh dulu baru mau dibangun," kata Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Sumsel, Prof Dr Ir Hj Erika Buchori Msc usai pengukuhan pengurus MTI Sumsel di Gedung Serbaguna Pascasarjana Unsri, kemarin (16/1).

Dikatakan pakar transportasi itu, wacana pembangunan Musi III sudah lama terbangun harus diwujudkan dalam waktu dekat. Kondisi Ampera sudah riskan. "Kalau dilihat
level of service-nya, dari hasil pembagian volume dengan kapasitas Jembatan Ampera sekarang mencapai 1,70 satuan indeks. Padahal, idealnya untuk jembatan itu 1,00. Bisa dilihat, banyak motor yang bahkan terpaksa melintas di trotoar begitu juga dengan mobil," bebernya.

Pembangunan Jembatan Musi III yang direncanakan di kawasan Pasar Kuto dan Pulau Kemaro terkendala dari aspek sosial. Ada penolakan dari masyarakat yang lokasinya bakal terkena pembangunan Musi III. "Seharusnya ini segera diselesaikan sehingga pembangunan bisa dijalankan," cetus Erika.


Jembatan Ampera Overkapasitas
Untuk meminimalisir padatnya lalu lintas di Jembatan Ampera, perlu dilakukan pengoptimalan angkutan perairan. "Sekarang sudah ada angkutan sungai yang terintegrasi dengan Transmusi. Nah, ini harus dioptimalkan lagi sehingga penggunaan kendaraan pribadi bisa dikurangi," sarannya.

Pengaturan semacam itu pernah dilakukan saat SEA Games 2011 lalu. "Kalau kita lihat, tiap tahun kepadatan terus meningkat tajam. Harus ada upaya pengalihan ke transportasi air dan kereta api," imbuh Erika.

Ketua Forum Transpotasi Laut MTI pusat, Ir Ajiph Razitwan Anwar MM menambahkan, saat ini pihaknya menyoroti Pelabuhan Boom Baru yang kondisinya sudah proporsional lagi. "Kita sedang mengkaji beberapa kawasan untuk dijadikan pelabuhan tambahan di Palembang. Di antaranya di Mariana, Bagus Kuning, dan Tanjung Api-api. Tapi itu masih survei dan perlu kajian lebih dalam," urainya.

MTI juga mendorong upaya meminimalisir penggunaan angkutan truk yang saat ini makin padat hingga memicu kemacetan. "Kita upayakan untuk membuka jalur ganda di Selat Sunda sehingga bisa langsung ke Palembang. Tapi untuk persiapannya memang perlu waktu paling tidak hingga empat tahun," pungkasnya. (mik/ce2)

Sumatera Ekspres, Kamis, 17 Januari 2013

Selasa, 04 Desember 2012

Masjid Agung, Lambang Kejayaan Islam di Palembang

Oleh: Adis Oktaviani

Masjid Agung dibangun kali pertama oleh Sultan Mahmud Badaruddin I atau Pangeran Jayo Wikramo pada 1 Jumadil Akhir 1151 H atau 1738 masehi. Bangunan ini berdiri di belakang Benteng Kuto Besak, istana Sultan yang dulunya terletak di suatu pulau yang dikelilingi sungai Musi, sungai Sekanak, sungai Tengkuruk, dan sungai Kapuran.

Bangunan Masjid kali pertama dibangun berukuran hampir berbentuk persegi empat yakni 30 meter x 36 meter. Keempat sisi bangunan ini terdapat empat penampilan yang berfungsi sebagai pintu masuk, kecuali di bagian barat yang merupakan mihrab.

Atapnya berbentuk atap tumpung, terdiri dari tiga tingkat yang melambangkan filosofi keagamaan, atap berundak adalah pengaruh dari candi.

Bahan-bahan yang dipergunakan adalah bahan kelas satu dari Tiongkok dan Eropa. Arsiteknya atau para pekerjanya berasal dari Tiongkok.

Lantaran sulitnya mendatangkan material bangunan, maka pekerjaan ini cukup lama dan masjid baru selesai dikerjakan dan diresmikan pada Tanggal 28 Jumadil awal 1161 H atau 26 Mei 1748 M.

Pada awalnya Masjid ini tidak mempunyai menara. Baru pada tahun 1753 dibuat menara yang beratap genteng, dan tahun 1821 berganti atap sirap dan penambahan tinggi menara yang dilengkapi dengan beranda lingkar.

Setelah 100 tahun lebih berdirinya masjid yaitu tahun 1848 diadakan rencana perluasan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, sebelum perluasan diadakan perubahan bentuk gerbang serambi masuk dari bentuk tradisional menjadi bentuk Doric.

Pada tahun 1879 telah diadakan perunbahan masjid, perluasan bentuk gerbang serambi masuk dibongkar ditambanh serambi yang terbuka dengan tiang benton bulat sehingga bentuknya seperti Pendopo atau seperti gaya banguan kolonial ini adalah perluasan pertama dan penambahan rancangan. Tahun 1874 dilaporkan bentuk menara berubah dari aslinya, dan tahun 1916 menara ini disempurnakan lagi.

Pada tahun 1930 diadakan perubahan yaitu menambah jarak pilar menjadi 4 meter dari atap. Setelah kemerdekaan, tahun 1952 dilakukan perluasan ketiga dengan bentuk yang tidak lagi harmonis dengan aslinya dengan ditambah kubah.

Pengurus yayasan masjid agung 1966 -1979 meneruskan penambahan ruangan dengan menambah bangunan lantai 2, yang selesai tahun 1969. Pada tanggal 22 januari 1970 dimulai pembanguan menara baru dengan tinggi 45 meter, bersegi 12 yang dibiayai Pertamina dan di resmikan pada tanggal 1 Februari 1971.

Sejak tahun 2000 masjid ini di renovasi dan selesai pada tanggal 16 Juni 2003 yang diresmikan oleh Presiden RI Megawati Soekarno Putri.

Berita Musi

Rabu, 17 Oktober 2012

Cerita Tutur Asal Mula Pempek



Ditemukan China Rakit, Tiru Bakso Daging
Pempek sudah sangat familiar. Makanan khas wong Plembang ini sudah diproduksi di Sumsel, terkenal hingga nasional dan mancanegara. Namun, tak banyak yang mengetahui bagaimana sejarah ditemukannya makanan dengan bahan daging ikan ini? Berdasarkan cerita tutur, pempek ternyata ditemukan warga China yang hidup di rumah rakit pada masa Kesultanan Palembang Darussalam. Benarkah?

Dulu, pempek bisa dikatakan makanan pinggiran. Banyak dijual oleh Pedagang Kaki Lima (PKL), Mereka berjalan atau bersepeda menelusuri jalan-jalan kecil di perkampungan. Pembelinya pun harus jongkok untuk menyantapnya. Kini, makanan ini masuk kategori elite. Ini setelah kian menjamurnya penjual empek-empek di pertokoan atau ruko.

Makanan ini kerap dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan luar dalam jumlah besar. Tidak hanya skala nasional, termasuk luar negeri. Kuah berupa cuko pedas manis ibarat candu. Membuat siapa yang pernah mencicipinya, menjadi ketagihan dan terus mencari makanan ini.

Meski sangat populer di kalangan wong Plembang, Sumsel, nasional hingga mancanegara, tak banyak mengetahui asal mula ditemukannya makanan yang satu ini. Nah, dari keterangan Tokoh masyarakat Tionghoa, Fauzi Thamrin yang kini menjadi Dewan Kehormatan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Sumsel, empek-empek yang akrab disebut pempek, dulunya ditemukan oleh orang China yang pada masa Kesultanan tinggal dirumah rakit.

“Cuma ini cerita turun temurun (cerita tutur,red) yang kami dapat dari orang-orang tua,” ungkap Fauzi Thamrin ditemui koran ini di kantor PSMTI, Jl Dempo Luar nomor 433, Rabu (2/11) lalu.

Pada edisi minggu lalu, Sumeks Minggu telah mengupas kehidupan di rumah rakit. Pada masa Kesultanan Palembang Darussalam abad ke 17 hingga 19, Sultan mengeluarkan kebijakan politik bagi para pendatang, terutama warga negara asing (WNA) untuk tinggal di rumah rakit.

Para pendatang ini, umumnya warga China dan Belanda. Dari kehidupan di rumah rakit inilah, warga China menemukan empek-empek. Cerita Fauzi Thamrin, seorang lelaki tua keturunan China menikah dengan seorang wanita campuran (China-Pribumi). Wanita inilah yang kemudian pertama kali mengeluarkan ide mencampurkan daging ikan dengan tepung sagu.

Diketahui, pada abad 17 hingga 19, anak-anak sungai Musi masih sangat banyak. Ikan didapat dari sungai ini pun sangat berlimpah. Biasanya, ikan didapat, oleh wong kito sebatas dibuat pindang atau digoreng. Oleh wanita keturunan China-Pribumi inilah, daging ikan dicampurkanya dengan tepung sagu.

Fauzi Thamrin menyakini, ide membuat pempek ini terinspirasi dari makanan khas negeri Tiongkok, yakni bakwan. Makanan ini berasal dari tepung yang bisa dicampur dengan daging sapi, babi, udang hingga ikan. “Cuma makannya dicampur kuah biasa. Dulu namanya bakwan. Sekarang disebut bakso daging,” jelas Fauzi.

Oleh sebab itu, Fauzi menyakini, pertama kali ditemukan jenis pempek dulunya seperti pentol bakso. Atau yang sekarang kita sebut dengan pempek ada’an. “Cuma, kalau bakwan itu agak kecil. Kalau pempek agak besar,” lanjutnya.

Nama pempek sendiri ada cerita sendiri. Sang suami yang menjadi penjual keliling, saat itu kemungkinan belum menemukan nama bagi makanan ditemukan istrinya. Oleh masyarakat yang hendak membeli makanan tersebut, warga hanya memanggil penjual dengan sebutan “pek”. Singkatan apek, yang sering melekat pada orang China. “Dari kata pek, pek itu jadilah nama pempek,” tegas Fauzi.

Terus Berkembang dan Bergeser
Pada perkembangannya, dibuat yang namanya cuko (terbuat dari gula merah, bawang putih dan cabe, red), pendamping pempek. Inilah pasangan paling pas menyantap pempek. Selain itu, jenis pempek yang dikenal saat ini, seperti pempek kapal selam (isi telor,red), lenjer, isi tahu, kerupuk, pempek kulit merupakan perkembangan. Termasuk pempek yang dikembangkan dengan kuah, dikenal dengan tekwan serta model. “Model itukan dari pempek isi tahu,” celetuk Fauzi.

Selain direbus, digoreng, divariasikan dengan kuah, pempek juga kini dipanggang. Itulah yang sekarang disebut dengan pempek panggang, termasuk lenggang. Atau diberi kuah santan yang sekarang disebut dengan celimpungan serta laksan. Ada juga yang namanya kerupuk kemplang, yang konon tercipta dari pempek yang awal tidak laku dijual, dijemur lalu digoreng.

Meski terus berkembang, pempek inipun mengalami perseran. Yang kasat mata, penggunaan ikan. Jika dulu identik dengan ikan belido, akibat sulitnya mencari ikan kelas satu ini, masyarakat menggunakan ikan gabus atau ikan delek yang umumnya hidup di rawa. Ikan laut seperti tenggiri, sarden pun kini juga sering digunakan. Bahkan, ikan apa saja pun asal bisa membuat pempek beraroma ikan digunakan orang.

Pempek Dempo, Tersisa Dari Rumah Rakit
Bicara masalah pempek memang banyak menjualnya. Termasuk orang-orang Jawa. Dari kaki lima hingga pertokoan. Namun, dari keterangan Fauzi dari sekian banyak penjual pempek, satu toko yang masih keturunan keturunan China rakit adalah Pempek Dempo, di kawasan Jl Lingkaran Dempo Luar, samping MDP.

Penjual di toko yang kerap disebut toko garasi (karena bentuk tokonya mirip garasi mobil,red) sudah ada sejak tahun 1986 lalu. Penjualnya pun orang China yang logatnya sudah seperti wong kito.

Toko pempek grasi ini masih menggunakan ikan belido atau ikan putak (belido ukuran kecil, red). Inilah yang membuat pengunjungnya tak pernah sepi. “Ikan belido atau putak itu tidak amis. Rasanya juga manis. Itu memang ikan kelas satu. Kami dapat dari dusun. Kalau gak dapat ikan ini, kami pilih tidak jualan,” ungkap penjualnya, Ali. (wwn)

Written by: Samuji Selasa, 08 November 2011 12:21 | Sumeks Minggu