Sabtu, 11 Februari 2012

Sopir Bus Kota Merasa "Dicuri"



Wacana Hapuskan Bus Kota, Diganti Transmusi



Pemerintah Kota Palembang, melalui Dinas Perhubungan (Dishub) sudah tidak memperpanjang lagi izin trayek bus kota. Data di Dishub Kota Palembang, tercatat terakhir hingga 2018 menyisakan 25 unit bus kota diperkirakan berakhir lebih cepat, yakni 2016. Rencananya, bus kota akan dihapuskan dan digantikan Bus Rapid Transit (BRT) Transmusi

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *



SEBAGAI salah satu pengguna rutin jasa bus Transmusi, Ina (21), mengaku memilih bus Transmusi karena dinilainya lebih aman dan nyaman. Bahkan jika kerja lembur dan pulang sedikit malam, Ina tidak takut lagi selagi masih ada bus Transmusi.

"Memang bus kota itu lebih cepat dari bus Transmusi, tapi citra bus kota yang akhir-akhir ini sering dibritakan (penumpang dibajak dan ditodong, red) membuat kita ngeri, apalagi kita ini cewek. Dengan Transmusi ini, kita merasa lebih aman dan nyaman. Risikonya lebih kecil dibandingkan bus kota," urainya.

Namun memanng, lanjut Ina, ada plus minusnya antara menggunnakan jasa bus Transmusi dan bus kota. Apa itu? Menurutnya, keterlambatan kedatangan bus Transmusi. "Kalau lagi santi sih tidak masalah. Tapi kalau lagi dikejar-kejar waktu, ampun telatnya. Macetlah atau apalah alasannya. Yang jelas itu harus diperhatikan pengelola Transmusi agar kita penumpang ini tidak kecewa," harapnya.

Dikonfirmasi terkait keluhan penumpang bus Transmusi, PT Sarana Pembangunan Palembang Jaya (SP2J) selaku pengelola bus Transmusi melalui Direktur Operasional Yusransyah Ishak, mengatakan saat ini waktu tunggu penumpang di halte masih berkisar 10-15 menit. Nantinya diharapkan waktu tunggu penumpanng itu harus mencapai 5-10 menit. Dengan kata lain, interval jarak kendaraan Transmusi yang satu dengan yang lainnya hanya 5-10 menit.

"Visi dan misinya bila sarana dan prasarana Transmusi ini sudah bagus dari segi halte, jumlah bus dan trayek, maka yang dicapai ialah ketepatan waktu bagi penumpang bukan, bukan kecepatan. Jadi tinggal penumpang yang menyesuaikan dan memperhitungkan waktunya, dari tempat asalnya menuju tujuan," terang Yusransyah. Maka penumpang tidak terlalu lama menunggu di halte-halte Trasnmusi.

Trans-Musi

Bagaimana nasib sopir bus kota? Ditambahkannya, bahwa banyak sopir bus kota yang menjadi sopir Transmusi. Untuk tingkat pendidikan, sopir Transmusi minimal tamatan SD, dan yang terpenting ialah pengalaman berkendaraan, kesehatan dan psikologis. "Sopir bus kota memiliki pengalaman dan pengetahuan seluk beluk Kota Palembang sehingga menjadi prioritas. Bila sopir bus kota tersebut memenuhi syarat dan melalui tes, maka dapat menjadi sopir Transmusi," pungkas Yusransyah.

Salah seorang sopir bus kota, yang biasa disapa Jeri, menilai justru pemerintah terkesan egois dengan menyingkirkan mereka (bus kota) tanpa memberi opsi lapangan pekerjaan pengganti yang menjadi tanggung jawab pemerintah terhadap rakyatnya. "Dalam lagunya, Iwan Fals bersenandung antrean pencuri tumbuh subur karena nasinya dicuri. Nah itulah yang saat ini kita rasakan," cetusnya.

"Awal kehadiran mereka (Transmusi, red) rejeki kita seperti dicuri. Namun masih kita sikapi dengan wajar. Kini, muncul kabar kalau kita (sopir, red) akan disingkirkan! Kalau memang terjadi, kitamau kerja apa? Anak istri kita mau dikasih makan apa," tuturnya.

Menurut Jeri, hidup yang serba pas-pasan di tengah himpitan ekonomi, bisa saja membuat kriminalitas meningkat. Bukan tidak mungkin kalau nanti ada sopir bus kota yang telah kehabisan akal, malah berbuat kejahatan. "Karena sudah tidak ada lagi pekerjaan," lanjut Jeri, menganalisis.

Oleh karena itu, menurut Jeri pemerintah haruslah bijaksana dalam menentukan keputusan. Atau paling tidak memberi pilihan hidup baru bagi mereka, yang rata-rata hanya memiliki keahlian sebagai sopir.

Sementara salah seorang sopir bus Transmusi, sebut saja Ismail, membantah anggapan Jeri, yang mengatakan sopir bus Transmusi mencuri rejeki sopir bus kota. "Yang kita lakukan semata-mata hanya untuk mencari rejeki, janganlah kita dianggap sebagai pencuri rejeki. Itu semua 'kan sudah ada yang mengatur. Kalau berada diposisi mereka, tentu kita juga akan merasa kecewa, namun bagaimana lagi. Kita ini cuma anak buah, kita hanya menjalankan tugas, itu semua kita serahkan kepada pimpinan." tukasnya.

Sedangkan pengawas lapangan bus Transmusi, Amrul, mengaku peningkatan pengguna jasa Transmusi dengan bus kota masih cukup berimbang. "Bisa dibilang persentasenya 60:40. Secara manusiawi masih bisa dibilang adil, tapi untuk masalah kedepan bus kota akan digantikan bus Transmusi, saya tidak bisa bilang apa-apa. Itu juga 'kan belum tahu kapan akan dilakukan. Kita cuma berharap, kalau bisa jangan sampai ada salah pengertian, agar bisa diselesaikan dengan baik," harapnya. (cjl/gti/ce3)


Transmusi Perluas Wilayah Layanan



DSC_8516
Armada Transmusi

WILYAH pelayanan Bus Rapid Transit (BRT) Transmusi terus diperluas. Dalam waktu dekat akan dibuka koridor keenam, yakni Pusri-Kampus (GOR Sriwijaya). "Sekarang sedang tahap persiapan," ujar Wali Kota Palembang Ir H Eddy Santana Putra MT.

Sementara, saat ini, bus Transmusi sudah beroperasi di lima koridor, yakni Terminal Alang Alang Lebar (AAL)-Ampera, Terminal Sako-Palembang Indah Mall (PIM), Terminal Plaju-Palembang Square (PS) Mall, Terminal Karya Jaya-Jakabaring dan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II-Simpang Adi Sucipto.

Persiapan itu, lanjut Eddy, pihaknya tengah menunggu datangnya sekitar 30 unit baru bus Transmusi ukuran besar. Nantinya bus ukuran besar tersebut diprioritaskan melayani masyarakat di koridor utama seperti Terminal AAL-Ampera. Nah, untuk bus ukuran sedang bisa dialihkan ke koridor lainnya yang masih kosong yakni Pusri-Kampus.

Tak hanya itu, Transmusi juga diharapkan dapat melayani masyarakat di rute luar seperti Polygon dan Musi 2. "Jadi harapannya seluruh masyarakat, dapat terlayani transportasi yang murah dan nyaman," ungkap Eddy. Soal kekhawatiran beroperasionalnya bus Transmusi mengurangi lahan pekerjaan, terutama mereka yang berusaha di bidang transportasi, ia membantah hal tersebut. "Justru dengan beroperasionalnya bus Transmusi malah membuka lahan pekerjaan," tegasnya.

Jika untuk satu unit bus Transmusi saja membutuhkan seorang pramugara dan sopir, berarti akann ada ratusan lapangan pekerjaan. Lanjut Eddy, saat ini ada sejumlah perusahaan yang hendak bergabung dengan sistem Transmusi, hanya saja saat ini pihaknya masih mempelajari dan mempertimbangkan lebih lanjut hal tersebut.

Ditambahkan Direktur Utama (Dirut) PT Sarana Pembangunan Palembang Jaya (SP2J), Bahder Johan melalui Direktur Operasional Yusransyah Ishak, mengatakan bus Transmusi sejauh ini baru berjummlah 85 armada. Dikatakannya, untuk koridor VI Pusri-PS Mall (Kampus), kemungkinan beroperasi akhir Februari atau awal Maret.

Tak hanya itu, rencananya juga akan ada penambahan koridor lagi. Untuk koridor VII rencananya rutenya Kenten-Pasaraya JM Jl Letkol Iskandar (via Jl MP Mangkunegara, Jl Dr M Isa, Jl Dempo). Sedangkan koridor VIII, rencananya dari Terminal Karya Jaya-Terminal AAL (via Jl Yusuf Singadikane, Jl Soekarno Hatta). "Diharapkan nantinya bus Transmusi ini dapat menjadi angkutan umum di Metropolis disamping mulai terkikisnnya bus kota," ujar Yusransyah, kemarin. (vin/gti/ce3)


Bus Kota Menunggu "Ajal"



100_0540

Operasional Diperkirakan Berakhir Lebih Cepat



OPERASIONAL bus kota di Metropolis tinggal "menunggu ajal." Pasalnya, sejak 2008 lalu, pemerintah kota (Pemkot) Palembang mengambil kebijakan untuk tidak lagi memperpanjang izin trayek dan izin operasional bus kota. Nantinya, angkutan umum itu akan digantikan Bus Rapid Transit (BRT) Transmusi milik Pemkot Palembang yang dikelola oleh PT Sarana Pembangunan Palembang Jaya (SP2J).

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Palembang H Masripin Thoyib, mengatakan, bus kota yang saat ini masih beroperasional hanya menunnggu habisnya masa izin trayek yang berlaku setiap 10 tahun sekali. Operasional bus kota diperkirakan akan berakhir lebih cepat dari perkiraan yakni 2016 mendatang.

Kenapa? "Sebelum izin trayek habis, sebagian besar pengusaha bus kota banyak yang menjual bus mereka," ujar Masripin. Oleh karena itu, pada 2016 mendatang, tidak ada lagi bus kota yang operasional di ruas jalan utama. "Bus kota tadi kita harapkan dapat menjadi feeder, melayani transportasi penumpang di pinggir kota," cetus Masripin.

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Lalu Lintas Aturan Jalan dan Rel Kereta Api (LLAJ dan Rel KA), Agus Supriyanto SE MM, mengatakan bus kota yang ada saat ini rata-rata mengantongi izin operasional 2002 dan 2004, didominasi jurusan Plaju-Terminal Alang-alang Lebar (AAL), Plaju-Pusri, Plaju-Perumnas Sako. Terhitung sejak Apriil 2009, total bus kota yang beroperasional mencapai 474 unit.

Setelah mengalami pengurangan bertahap, sekarang hanya sekitar 237 unit. Pengurangan bus kota paling banyak terjadi antara rentan waktu 2012-2016. Di tahun tersebut setidaknya ada 150 bus kota yang izin operasinya expired lantaran usia kendaraan dan izin trayeknya habis masa berlaku.

Dengan begitu, maka pada 2016 mendatang, ditargetkan jumlah bus kota hanya tersisa sekitar 50 bus, terus berkurang secara bertahap. "Tapi kita perkirakan jumlah bus kota yang operasional akan berkurang lebih cepat," tukasnya.

Soal bus kota yang habis masa izin trayek, lanjut Agus, bisa berubah pelat menjadi hitam atau menjadi angkutan pinggiran. Selain itu, dia juga mengatakan telah membuka kran untuk pihak swasta yang memiliki sistem yang sama seperti Transmusi. Sehingga bus kota yang dikelola swasta yang sistemnya sama seperti Transmusi bisa digunakan.

Sedangkan untuk angkutan umum jenis angkutan kota (angkot), trayeknya bakal sebagai pendukung trayek Bus Transmusi. Sebab trayek utama di Kota Palembang, akan digunakan bus Transmusi. "Sehingga angkot tidak lagi beroperasi di kawasan ruas jalan protokol, semua bus kota dan angkot nanti akan dialihkan beroperasi ke pinggiran kota, sehingga masyarakat pinggiran dapat terlayani angkutan umum," jelasnya. (vin/gti/ce3)

LAPORAN KHUSUS
Sumatera Ekspres, Sabtu, 11 Februari 2012

0 komentar:

Posting Komentar