PALEMBANG -- Hampir separuh bukti otentik sejarah pembangunan Jembatan Ampera tersimpan di Museum Belanda, termasuk data spesifikasi bahan dan material pembangunan Ampera. Tulisan itu berupa rencana kerja yang dibuat tim sebelum pembangunan.
Arsip yang tercecer itu jumlahnya mencapai 40 persen. Untuk arsip yang ada di Palembang meliputi gambaran tentang pembangunan sejak peletakan batu pertama.
"Arsip yang ada di kita semua hal setelah jembatan dibangun, sementara arsip di Belanda itu proses rancang sebelum masuk pembangunan," kata Kepala Barpusdok Palembang, HM Tabrani Hoeshin usai launching website berbasis internet, Senin (19/12).
Arsip yang ada di Palembang meliputi foto dan dokumen penting lainnya, misal kertas rancang, spesifikasi material penyusun jembatan, rancang bangun jembatan, hingga tahun kepastian pembangunan. Namun tidak ada dokumen dan foto jelang pembangunan.
"Selama ini kita ngomong sejarah, dalam hitungan kita sendiri melihat hasil saat jembatan itu mulai dibangun, tapi kita belum tahu bagaimana konsep awal pembangunan hingga tahun berapa ide awal membangun jembatan," rinci Thabrani.
Thabrani mengungkap hasil pelacakan Badan Arsip Perpustakaan dan Dokumentasi (Baspusdok) Kota Palembang bersama Badan Arsip Nasional Republik Indonesia.
"Kami sudah pantau tersimpan di salah satu museum di Belanda. Kami sudah kontak ke melalui Konsulat Belanda dan mereka siap mengembalikan," katanya.
Hasil penelusuran menyebutkan bukti otentik itu berupa tulisan tentang spesifikasi bahan dan material jembatan Ampera. Jika ditotal dari data keseluruhan, lanjut Thabrani, arsip yang tercecer capai 40 persen.
Pihaknya berencana mengambil arsip itu ke Belanda, tapi masih menunggu instruksi Walikota Palembang. Pihaknya saat ini masih merangkum arsip sejarah lainnya, seperti IMB yang dikeluarkan Dinas Tatakota sejak tahun 1928.
"Banyak dokumen yang sudah kita arsipkan menyangkut sejarah dan keterangan kerja per-SKPD. Yang tertua adalah arsip tahun 1928," katanya.
Untuk memudahkan pencarian data, pihaknya saat ini tengah merancang interkoneksi dengan pemerintah pusat dan kabupaten di Sumsel sehingga semua data bisa diketahui langsung melalui satu website.
Walikota Palembang, Eddy Santana Putra, mengatakan, sebagian arsip sejarah Ampera memang masih tertinggal di Belanda, tapi pihaknya belum berpikir untuk penjemputan dalam waktu dekat.
"Kalau dalam waktu dekat belum, kami lihat dulu hasil koordinasinya dengan ANRI. Cuma yang jelas arsip sejarah Ampera aman di sana dan itu hak warga Palembang," katanya.
Editor : Aang Hamdani
Sumber : Sriwijaya Post - Selasa, 20 Desember 2011 17:36 WIB
Kamis, 22 Desember 2011
Wow, Sejarah Ampera Tercecer di Belanda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar